Bukan Banjir, Fasha Sebut Itu Genangan Air Karena Langsung Surut

SWARAJAMBI.ID, JAMBI – Walikota Jambi Syarif Fasha akhirnya angkat bicara terkait  banjir  yang terjadi  di beberapa wilayah Kota Jambi pada Senin kemarin. Fasha menyatakan  air yang menggenangi wilayah Kota Jambi tersebut bukanlah banjir. Melainkan genangan air  akibat drainase yang tidak bisa lagi menampung curah hujan yang turun cukup lama. Sifatnya hanya sebentar. Langsung surut.

"Sementara banjir memiliki sifat bertahan dua sampai tiga hari. Ini perlu diluruskan," ujar  Fasha, Selasa (14/9/2021).

“Termasuk yang di depan Transmart. Saya sempat bingung kok bisa ada genangan air. Padahal sedang dibangun dan perbaikan drainase,” lanjutnya.

Ternyata drainase  di seberang Transmart tersebut belum menyambung secara penuh dan tidak ada crossing jalan.

“Saya sudah minta PUPR buat alternatif crossingnya. Tahap pengerjaan jangan sampai ada titik-titik yang ditutup atau dibuntukan, itu harus longgar semua,” jelasnya.

Sementara disinggung mengenai salah satu titik banjir, di mana warga enggan memberikan lahan untuk dibangun drainase dan malah membangun tembok, Fasha mengaku akan mengeceknya terlebih dahulu.

“Saya baru dengar. Nanti kita periksa, ada tidak izin bangun temboknya. Sepanjang tidak ada izin, kita bongkar,” tegasnya.

Sebelumnya, di Lorong Riska Tani, RT 19, Jalan Rika Tani, Kelurahan Simpan IV Sipin, Kecamatan Telanaipura sempat terjadi banjir.

Sejak subuh hari, air menggenangi sejumlah ruas jalan di sana. Tak tanggung, di salah satu titik ketinggian air bisa mencapai paha orang dewasa. Bahkan sejumlah rumah juga terlihat terendam.

Banjir tersebut disebabkan kondisi drainase atau aliran sungai yang kecil.  Apalagi ada tembok-tembok pagar milik warga di sisi drainase. Alirannya juga dangkal.

Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kota Jambi, Yunius mengatakan, hal itu merupakan permasalah lama, yang saat ini masih terus dicari solusinya. Selain karena kondisi bangunan atau drainase yang sudah tua, juga ditenggarai warga yang enggan memberikan sedikit lahannya untuk jalur drainase.

“Kita juga sudah sering koordinasikan dengan masyarakat, namun memang masyarakat enggan. Itu jalur utama aliran dari UPCA ke Kacapiring dan ke Kenalibesar itu,” jelasnya.

Memang, rencana membongkar ulang drainase tersebut ada. Namun sepertinya harus tertunda lantaran membutuhkan anggaran yang besar mencapai Rp 2 miliar lebih. Selain itu juga karena persoalan pembebasan lahan, baik rumah warga yang terlalu dekat dengan drainase dan lainnya. “Mereka tidak mau memberikan untuk pelebaran. Untuk pendalaman tidak bisa lagi,” timpalnya.

Jika banjir masih terus berlangsung maka pihaknya hanya memprioritaskan penanganan di titik yang memungkinkan untuk diperbaiki. “Karena mengingat banyak titik lain yang harus diperbaiki. Jika masyarakat memang enggan memberikan lahannya, ya ditinggal saja, menunggu selanjutnya,” katanya.(*/sj)